Oleh: husnun | Januari 18, 2009

Sepedaan ke Sendangbiru 70 Km

Setelah lama tidak bersepeda, karena kaki saya terkilir sejak Agustus tahun lalu, Sabtu akhir pekan lalu saya kembali mengayuh sepeda. Sejak kaki saya sakit, bukan berarti saya tidak bersepeda sama sekali, hanya saja jaraknya tidak jauh seperti biasanya, jalan-jalan di sekitar rumah, termasuk bike to work. Rasanya kasihan kalau melihat sepeda Louis Garneu saya hanya nongkrong di rumah. Apalagi kaki rasanya gatal kalau tidak mengayuh sepeda.

Maka saat mendapat tawaran dari Pak Sony, kepala Dinas PU Kota Malang, untuk bersepeda bersama ke Sendangbiru, tawaran itu langsung saya setujui. Mungkin inilah kegiatan bersepeda saya yang paling jauh. Jarak antara Kota Malang dengan Pantai Sendangbiru yang indah itu sekitar 70 Km. Perjalanan sejauh itu mengayuh sepeda ? Ya, memang berat tapi asyik.Jarak itu hanya untuk berangkat saja, karena pulangnya sudah disiapkan mobil untuk mengangkut sepeda dan pengendaranya.

Pagi buta saat matahari belum nongol, rombongan yang terdiri dari 40 orang itu mulai merayap di jalanan aspal menuju ke Malang Selatan. Sejak awal saya tidak ingin menggenjot pedal terlalu cepat, santai saja, asal sampai. Dan yang paling penting, tantangannya cukup berat dengan dua tanjakan dua perbukitan.

Etape pertama Malang – Turen dilalui dengan selamat, tidak ada peserta yang harus naik mobi. Rombongan istirahat sebentar di rumah keluarga Pak Sony untuk minum, makan pisang rebus, singkong rebus, Roti Boy dan Pocari untuk mengisi botol minuman di sepeda yang mulai berkurang.

Selepas Turen, perjalanan mulai mengasyikkan karena melewati jalan sepi dengan pemandangan di kiri kanan jalan cukup indah. Sawah yang membentang di sepanjang jalan menambah semangat dan melupakan rasa lelah. Memasuki Desa Druju, tantangan baru menghadang. Jalan menanjak sepanjang sekitar 4 Km menembus gunung kapur harus ditaklukkan.

Tanjakan itu selain terjal, jaraknya cukup jauh. Saya harus dua kali turun dari sadel untuk menuntun sepeda karena tidak kuat mengayuh saat sepeda mendaki jalan dengan kemiringan yang terjal. Setelah bukit Druju ditaklukkan, giliran berikutnya bukit yang membentang sesudah desa Sitiarjo. Alhamdulillah, bukit ini bisa saya taklukkan dengan tetap mengayuh pedal tanpa harus turun sadel.

Setelah perjalanan berat dan melelahkan sekitar empat jam, kami sampai di pantai Sendangbiru dengan pemandangan Pulau Sempu di depan. Kebetulan ombak laut sedang tinggi sehingga banyak nelayan yang tidak melaut. Tempat Pelelangan Ikan Sendangbiru yang biasanya ramai, hari itu tampak sepi, karena nelayan tidak berani melaut. Rasa lelah yang menyergap mulai hilang ketika dihidangkan makan siang dengan Tuna bakar dan sambal yang lezat.

Badan yang lelah dan perut yang lapar membuat kami makan dengan lahap. Setelah itu kami kembali ke Malang naik mobil. Sebagian perjalanan saya habiskan dengan tidur karena kecapekan. Ketika melewati jalan menanjak dan berliku saat pulang, saya ngeri juga. Ternyata saya bisa melewatinya. Sampai di rumah saya sempat mengecek lutut kiri saya, ternyata tidak ada rasa sakit. Alhamdulillah, berarti harus siap untuk tur berikutnya.


Tanggapan

  1. wihh keren rekk.. kapan2 osi kolem 🙂

    – Ayo Paklik, adepesan bareng. Saya malah kepingin ke Lawang naik sepeda, mungkin suatu saat

  2. pak kunjungi http://www.ibsn.web.id 🙂

  3. Hm.. saya juga pernah naek sepeda paling jauh sekitar 40KM waktu masih SD itu. Di siang hari yg terik pula. Begitu ketemu makanan dan minuman langsung ngamuk deh ^^

    – Inilah salah satu keuntungan – dan kerugian – olahraga, jadi doyan makan. Makanya harus imbang antara makan dan olahraga, antara yang dimakan dan yang dikeluarkan. Ayo sepedaan biar sehat

  4. hati-hati pak!
    kunjungi juga..
    http://www.zonaam3.multiply.com
    terimakasih

    – Terima kasih diingatkan, harus hati-hati karena tulangnya sudah tua

  5. salam biker,
    .
    sepeda is my toy,
    .
    sekarang sudah tidak bisa lagi bersepeda di Jakarta,
    .
    pengendara motor dan mobil sangat sangat tidak ramah,
    .
    terpaksa sepeda tua keluaran tahun 60an tergolek di halaman dengan kondisi yang kian memburuk,
    .
    salam biker

    -Alhamdulillah, saya tinggal di desa yang lalu lintasnya tidak terlalu crowded. Saya masih bisa pilih rute bersepeda yang aman, sehat tanpa polusi. Mau pilih pegunungan, sawah atau jalan pedesaan, tinggal pilih dan semuanya tidak jauh, hanya beberapa menit dari rumah

  6. saya udah …ngg…sekitar 13 tahun ndak naek sepeda pak, pas ada sepeda udah ga bs jaga keseimbangan lg hehe…dulu pas masih SD saya jagonya, ikut rally sepeda paling jauh 20KM, habis itu ngos-ngosan, terus ngambek krn kecapekan wahahaha….
    pengen belajar naek sepeda lg, nanti pastinya jg saya bs langsing ya pak 😀

    -Masih kurang langsing ta. La, wong sudah jadi model iklan kloset keluaran terbaru gitu

  7. wah, asik tuh pak husnun…. jadi pengin ikut deh…. hehehe 😀

    – Wah, asik tuh kayaknya kalau sepedaan ke Mojosari

  8. wah sudah datang dari tour de DIY+Jateng ya Pak 😀

    -Sudah Paklik. Kemanapun perginya, tetap kembali ke Malang the lovely city

  9. Iya, mas Heri kayaknya sudah pulang, bos kita. Pasti oleh2nya banyak. Kita ke rumah Cak Nun sambil bawa kranjang… wuakakakak….
    :mrgreen:

    -Jangan sekarang, nanti saja kalau panen lele berikutnya

  10. wah… kalau pulangnya naik angkot eh mobil nggak asyik dong !!! itu mah jarak dekat hahaha, salut. tetap semangat untuk mengurangi polusi

  11. salam kenal Pak kalau kesana boleh nimbrung yo, aku kera ngalam nyangkul nang jakarta, pengin melok gowes malang sendang biru. Suwun Pak


Tinggalkan komentar

Kategori